Kurasu no Daikiraina Joshi to Kekkon Suru Koto ni Natta Volume 1 - Chapter 2 (Part 3)
Chapter 2 - Kehidupan Baru (Part 3)
Sekarang mari kita kembali ke
awal.
Suasana pagi hari sangat
menegangkan di sepanjang koridor sekolah menengah.
Sementara matahari menyinari
rambutnya yang berkilau, Akane memelototi Saito.
“Pertama, fakta bahwa kita
sudah menikah tidak boleh diberitahukan kepada teman sekelasmu. Aku akan
memenggal kepalamu, bukan hanya jarimu.”
Ini adalah ultimatum pagi
setelah malam pernikahan. Kehidupan pernikahan yang manis dan romantis masih
belum terlihat.
“Aku bilang aku mengerti. Itu
sulit untuk dikatakan, aku akan menepati kata-kataku. ”
“Dan juga, tidak boleh membahas
pernikahan disekolah. Akan merepotkan jika seseorang tidak sengaja
mendengarnya.”
“Apakah kau akan memulainya
duluan?.”
Akane tersedak, Ketika Saito
mengkritiknya.
“….ughh, itu salahku! Tapi berhati-hatilah
mulai sekarang!”
"Kau harus lebih
memperhatikan dirimu. Karena kamu benar-benar idiot. ”
"Aku bukan seorang idiot!
Bukankah jelas bahwa kau idiotnya!?”
“Dalam hal prestasi, aku lebih
baik dari dirimu.”
Saito tertawa.
“D,Duduklah disini dengan
riang, dan suatu hari kau akan melihat! Ya, benar….. contohnya, tepat pada tengah
malam nanti……”
Mata Akane dipenuhi dengan
kegelapan.
"Bisakah kamu lebih
spesifik, tentang kapan kamu melakukannya?!”
“Kamu lebih baik jangan
menantangku. Kita tidur di ranjang yang sama setiap malam, aku bisa membunuhmu
kapanpun aku mau.”
“Bukankah kita baru saja setuju
untuk tidak membicarakannya di sekolah?”
Saito buru-buru melihat
sekeliling.
“Ah~……..”
Akane menutup mulutnya.
Wanita muda ini benar-benar
dapat serius, tetapi didalam dirinya juga ada ke-kikuk-an. Tadi malam di rumah
baru, dia hampir jatuh dari tangga entah berapa kali. Bahkan ditempat pertama
bertemu di lorong seperti ini benar-benar tidak masuk akal, bahkan kita
berangkat pada jam yang berbeda agar kita tidak terlihat seperti hidup bersama.
Keduanya melangkah ke kelas 3A
melalui dua pintu yang berbeda.
Himari, yang sudah berada di
kelas, memanggil Akane.
“Pagi, Akane. Apa yang kamu
bicarakan dengan Saito?”
"T, tidak ada yang
penting."
“Eh~? Bukankah kamu sangat
marah sehingga kamu menarik dasi Saito?”
"Aku tidak marah. Itu
hanyalah ekspresi normalku.”
“Ah, wajah Akane selalu
terlihat menakutkan ya~”
“B, benarkah? Dimananya?"
Akane buru-buru menyentuh
wajahnya.
“Bagaimana mengatakannya ya,
pada dasarnya kamu mengerutkan alismu. Terlihat seperti iblis. ”
“Bukankah terlalu berlebihan
untuk memanggilku iblis!?”
Akane menerima kejutan besar.
Himari menggunakan kamera depan ponselnya untuk menggantikannya sebagai cermin
dan memberikannya kepada Akane. Akane kemudian mencoba menghapus kerutan di
alisnya dengan cara meraba-raba-nya. Mereka berdua dekat seperti biasanya.
Saito belum pernah melihat perempuan
berdebat satu sama lain, jadi dia pikir mereka tidak akan pernah berdebat bahkan
di masa depan. Itu sangat kontras dengan hubungan Akane dan Saito.
Setelah Saito duduk di
kursinya, Shisei datang.
Dia tidak menyapanya, tapi
tiba-tiba mendekatkan hidungnya ke kepala Saito, lalu dia mengendusnya.
“A, ada apa…?”
Saito membeku.
Shisei menjauhkan hidungnya dan
menatapnya.
“Ani-kun, sampomu baunya
berbeda hari ini. Kamu tidur dimana tadi malam?."
Dia terlalu sensitif. Saito
mencoba mencari cara untuk membalasnya.
“Erm… Ayahku membelikan sampo
yang aneh.”
“Bukan hanya sampo.”
Shisei memegang dada Saito dan
mendekatkan hidungnya ke leher Saito.
Ujung hidungnya menyentuh leher
Saito, membuatnya geli dan meringkuk.
“…Dan ada bau seorang wanita.”
Dan Shisei menggigit leher
Saito.
“Aduh~!? Jangan digigit!”
“Jika kamu berkencan dengan
seseorang, aku ingin kamu memberi tahuku dengan jelas. Sebagai saudara
perempuanmu, tidak mendengar laporan tentang urusan kakaknya itu memalukan.”
“Yang lebih memalukan adalah
ketika saudara perempuanku bertanya tentang kehidupan cintaku.”
Terlebih lagi, wajah Shisei
tidak menunjukkan tanda-tanda kebingungan. Tanpa ekspresi seperti biasanya.
"….Sialan. Kakak sudah
menikah, kan?”
“~…….Kenapa…..”
Sebelum dia bisa bertanya
bagaimana dia sudah tahu, kata Shisei.
“Karena Kakek melakukan
beberapa hal aneh jadi aku menyelidikinya. Aku juga menemukan alamat rumah barumu.
Orang yang dinikahi Ani-kun adalah Sakuramori – mu gu gu~”
Saito menggunakan telapak
tangannya untuk menutupi mulutnya, dan mengangkatnya. Shisei tidak melawan
sedikit pun, dan hanya menggantung di tangannya. Saito pergi ke balkon,
menurunkan Shisei dan menutup pintu di belakangnya.
“Aku diculik oleh Ani-kun. Menculik loli adalah kejahatan Ani-kun. ”
Note : 1 loli sama dengan 3 tahun penjara ( ° ͜ʖ ͡ ° )
Shisei menggunakan kedua
tangannya untuk meraba-raba pipinya.
"Jadi kamu mengakui dirimu
sebagai loli ya ..."
Pada kenyataannya, penampilan
Shisei tidak dapat dibedakan dari anak sekolah dasar, jadi jika mereka pergi ke
taman hiburan, dia hanya perlu membayar biaya seorang anak-anak. Lebih buruk
lagi, mereka bahkan mungkin memberinya tiket penitipan anak.
Saito menyatukan kedua
tangannya.
"Aku mohon kepadamu.
Tolong jangan beri tahu siapa pun tentang pernikahan itu untukku. ”
"Mengapa? Pernikahan adalah
hal yang baik. Kamu harus memberi tahu semua orang di kelas sehingga mereka
dapat memberkahimu. ”
Saito menarik Kembali Shisei,
yang berniat untuk kembali ke kelas.
“Shisei ditangkap. Ini
sebenarnya penculikan kalau begitu. ”
“Itu bukan penculikan. Jika
kisah pernikahanku bocor, terutama di usia kita, bukankah itu akan menjadi masalah
besar?. Apalagi, orang itu adalah teman sekelas. ”
“Shise tidak bertanggung jawab
untuk tetap diam. Ani-kun tidak berdiskusi denganku sebelum menikah.”
"Jika itu berbicara tentang
diskusi denganmu, maka aku sudah melakukannya."
“Itu penipuan. Shise
membutuhkan biaya pembungkaman.”
"Apalagi sekarang…?"
Saito merasa stres. Shisei
adalah cucu Tenryuu, apakah dia menambang setengah dari aset perusahaan Houjou?
Shisei meletakkan jari
telunjuknya di bibirnya dan berpikir.
“Hmm~….biaya pembungkaman…
biaya pembungkaman… pembungkaman…”
Pada saat itu, seekor kupu-kupu
mendekat dari taman.
“Wah~”
Shisei dengan kikuk mengikuti
kupu-kupu itu.
"Tidak bisa menemukan
apa-apa?"
“Aku akan segera menemukan
sesuatu. Nyawa Ani-kun ada di tangan Shise.”
Shisei membuka dan menutup
telapak tangannya. Meskipun dia terlihat seperti anak kecil yang berlatih untuk
pertunjukan sekolah, sangat sulit untuk membaca pikirannya.
Sementara itu, Saito takut jika suatu hari dia akan meminta suatu kondisi yang mengerikan.